Sumber Artikel : http://dp-tipstrikblog.blogspot.com/2012/05/cara-mudah-dalam-membuat-link-sumber.html#ixzz2B7xKlWFi

Pages

Powered by Blogger.
loading...

Saturday, November 14, 2015

Keturunan Tionghoa Yang Berjasa Besar Untuk Indonesia

Siapakah Indonesia? itulah kata kata yang berkesan dalam yang sering kita lihat di TV di Indonesia. Indonesia adalah negara dengan beragam suku, budaya, etnis dan agama. Namun perbedaan ini tidak menjadi masalah karena kita hidup dalam satu negara yaitu Indonesia. Setiap warga negara memiliki andil terhadap perkembangan negara kita. Meski begitu, tidak bisa dipungkiri bahwa kita masih membeda-bedakan antara satu dengan lainnya. Pada tahun 90an, pernah terjadi kisah pilu bagi keturunan etnis Tionghoa. Sejarah kelam ini terjadi karena adanya perbedaan pandangan antara mereka yang menyebut diri sebagai pribumi dengan rakyat keturunan etnis Tionghoa.

Padahal, jika kita mau membuka mata, sebenarnya ada banyak orang Tionghoa yang berjasa untuk Indonesia. Di Indonesia sendiri, bangsa Tiongkok pertama kali menjalin hubungan dengan pribumi lewat perdagangan. Seiring dengan berjalannya waktu, banyak dari mereka yang menikahi warga pribumi dan mendapatkan keturunan sehingga akhirnya menetap di Tanah Air. Setelah menjadi warga negara Indonesia, tak sedikit dari mereka yang menjelma menjadi seorang tokoh nasional. Banyak di antaranya yang ikut serta mendirikan negara Republik Indonesia, walaupun tak banyak yang mengenalnya. Berikut orang berdarah Tionghoa yang berjasa besar bagi Indonesia
Sahabat http://aduhgokil.blogspot.co.id/ siapa tidak kenal dengan nama Soe Hok Gie. Pada masanya, ia adalah sosok yang aktivis mahasiswa yang menggagaskan perubahan. Ia memang tidak memimpin secara langsung, tapi, ide-ide yang ia tuliskan mengonsepkan perubahan yang akhirnya dijadikan aksi nyata. Sampai tahun 1966, dengan aksi nyata dan tulisannya ia mendorong perubahan sosial dan politik di Indonesia. Selama masih menjadi mahasiswa, ia aktif memprotes Soekarno dan PKI. Ia juga merupakan penulis yang produktif dengan berbagai artikel yang diterbitkan di koran-koran seperti Kompas, Harian Kami, Sinar Harapan, Mahasiswa Indonesia, dan Indonesia Raya. Gie termasuk sosok yang memiliki andil besar dalam pembentukan sistem pemerintahan Orde Baru yang menggantikan Orde Lama.

Sejak masih SMP, ia sudah menulis buku catatan harian untuk menumpahkan perasaan dan apa yang ia pikirkan di sana. Semakin besar, ia semakin berani melawan ketidak adilan hingga berdebat dengan guru SMP-nya. Dalam catatannya, ia menulis, “Guru model begituan, yang tidak tahan dikritik boleh masuk keranjang sampah. Guru bukan dewa dan selalu benar. Dan murid bukan kerbau.” Sikapnya kritis semakin tumbuh dan berkembang hingga ia berani mengungkit soal kemiskinan dan kemapanan orang-orang kaya. Soe yang saat itu melihat seorang pengemis makan kulit mangga memberikan uangnya yang hanya 2,50 rupiah pada si pengemis. Ia menulis, “Ya, dua kilometer dari pemakan kulit mangga, ‘paduka’ kita mungkin lagi tertawa-tawa, makan-makan dengan istri-istrinya yang cantik-cantik. Aku besertamu orang-orang malang”

Soe merasa resah ketika keadaan ekonomi semakin kacau dan rakyat jatuh miskin. Ia berpendapat bahwa ketika rakyat terlalu melarat, maka secara natural rakyat akan bergerak sendiri. Jika hal tersebut terjadi, maka akan terjadi chaos atau kekacauan. Maka lebih baik mahasiswa yang bergerak, dan dari sana lahirlah sang demonstran. Kesehariaanya diisi dengan demonstrasi dan rapat penting. Ia ingin para mahasiswa sadar bahwa mereka adalah the happy selected few yang bisa kuliah. Untuk itu mereka harus menyadari dan melibatkan diri dalam perjuangan bangsa. Sementara itu, ia juga ingin menunjukkan kepada rakyat bahwa mereka bisa mengharapkan perbaikan keadaan dengan menyatukan diri di bawah pimpinan para patriot Universitas. Sayangnya, seorang pemikir muda yang juga inspirasi lahirnya Orde Baru ini harus meninggal sehari sebelum ia berusia 27 tahun setelah pergi mendaki gunung Semeru. Ia meninggal karena menghirup gas beracun di puncak Mahameru dan meninggalkan ide-ide tentang perubahan lewat karya-karyanya.

Tony Wen

Tony Wen sebenarnya adalah sosok yang begitu gemar berolahraga. Bahkan setelah lulus dari U Ciang University, Singapura dan Liang Nam University, Canton, ia mengajar menjadi seorang guru olahraga di Jakarta. Ia juga ikut organisasi yang berhubungan dengan olahraga serta menjadi seorang pesepakbola nasional yang handal. Namun setelah prokalamasi kemerdekaan Indonesia dibacakan, ia menghilang dari Jakarta dan menetap di Solo. Tony Wen alias Boen Kim To adalah sosok yang berjasa bagi Indonesia pada masa revolusi kemerdekaan. Pada masa itu, Indonesia yang baru saja meraih kemerdekaan memiliki kondisi ekonomi yang buruk dan tidak memiliki kas negara yang cukup. Apalagi dengan adanya blokade oleh Belanda dari segala penjuru, pihak Indonesia semakin kesulitan melakukan perdagangan dengan negara lain untuk mengisi kas negara. Di sinilah Tony Wen berperan besar dalam membantu mengisi kas negara.

Dengan kurangnya kas negara untuk biaya operasional pemerintahan, maka Menteri Keuangan saat itu, A.A. Maramis menyarankan untuk menjual candu ke luar negeri. Dengan keahlian Tony Wen di Solo yang menyuplai logistik dan senjata untuk pejuang di sana, maka ia dipercaya untuk menjual candu-candu mentah dari pabrik candu di Salemba. Mukarto Notowidagdo ditunjuk sebagai koordinator tim sementara Tony Wen menjadi pelaksana. Ia kemuidan menghubungi temannya di Singapura yang memimiliki jaringan candu, dan operasi itu pun dilaksanakan. Dengan naik perahu, Tony Wen membawa setengah ton candu dari pantai Popoh di Kediri dan melintasi pantai selatan Jawa ke Selat Lombok untuk menhindari patroli Belanda dalam perjalanannya ke Singapura.

Operasi lanjutan ini kemudian dilaksanakan oleh Laksamana John Lie dengan menggunakan pesawat amphibi Catalina. Dengan pesawat ini, Indonesia berhasil melakukan pengiriman sebanyak dua kali dan membawa 4 ton candu ke Singapura. Namun operasi ini akhirnya diketahui oleh Belanda sehingga Tony Wen ditangkap oleh polisi Inggris di Singapura. Setelah bebas dari tahanan, Tony Wen akhirnya menjadi anggota PNI pada tahu 1952 dan menjadi anggota DPR pada tahun 1954 hingga 1956. Pria yang berjasa besar bagi Indonesia ini meninggal pada 30 Mei 1963 dan jasadnya dimakamkan di Menteng Pulo. Kini namanya diabadikan menjadi nama sebuah jalan di Pangkal Pinang. Sementara itu, tidak banyak dokumentasi mengenai foto beliau.

Susi Susanti
Di dunia olahraga, masih ada nama lagi yang mengharumkan nama Indonesia di kancah internasional, yaitu Susi Susanti. Dialah legenda pebulu tangkis Indonesia yang berhasil menggebrak kompetisi tingkat dunia dan bahkan dalam kelas tunggal putri, belum ada sosok  yang menggantikannya. Rentetan prestasi yang diraihnya membuat namanya selalu dikenang di olahraga bulu tangkis Indonesia. Mulai dari juara Dutch Open, juara Swedish Open, juara Korea Open, 2 kali juara China Taipei Open, 2 kali juara Denmark Open, 4 kali juara Thailand Open, 3 kali juara Japan Open, 4 kali juara Malaysia Open, 6 kali juara Indonesia Open, Juara Piala Sudirman, 2 kali juara Piala Uber, 4 kali juara All England, juara dunia World Championship, medali perunggu Olimpiade Atlanta, medali emas Olimpiade Barcelona, Herbert Scheele trophy, hingga Hall of Fame dari International Badmintion Federation. Ia juga mendapatkan penghargaan Tanda Kehormatan Republik Indonesia Bintang Jasa Utama.

Deretan penghargaan itu tidak hadir begitu saja, tapi buah dari usaha kerasnya dengan rajin berlatih. Jam 7 pagi, Susi dan rekan-rekannya sudah bersiap di lapangan kemudian berlatih hingga pukul 11 siang. Selanjutnya latihan sore dimulai dari jam 3 dan berakhir pukul 7 malam. Semua latihan ini dilakukan secara rutin dari Senin sampai Sabtu. Pola makan dijaga dan bergizi tinggi, tidur juga diatur sehingga tidak bisa ngobrol dengan teman atau nonton TV sampai larut malam. Baginya, disiplin adalah kekuatan, sehingga tidak ada waktu sedikitpun untuk bermain-main jika ingin menjadi seorang juara. Meski begitu, semua dilakukannya dengan semangat dan tanpa mengeluh meskipun remaja lain seusianya pada umumnya akan sibuk bermain-main.

Masa kemenangannya pada Olimpiade 1992 Barcelona adalah kemenangan paling menggetarkan bagi Susi Susanti sekaligus seluruh bangsa Indonesia karena ini akan menjadi kemenangan yang paling prestisus. Final bulutangkis ini adalah kejuaraan antar bangsa yang terbesar dan ia harus berhadapan dengan rival terkuatnya dari Korea, Bang Soo-Hyun. Kedua pemain berjuang keras dan dramatis hingga akhirnya Susi berhasil merebut medali emas dan merupakan medali tertinggi olahraga di dunia. Indonesia menang. Susi akhirnya naik ke atas panggung kehormatan Olimpiade, bendera Merah Putih dikibarkan dengan gagah, dan lagu “Indonesia Raya” dinyanyikan. Rasa kebangsaan seluruh masyarakat Indonesia tersentuh karena kita seolah diingatkan kembali bahwa kita adalah bangsa yang besar dan bangsa para juara. Sebuah kebanggaan besar yang diterima sebagai bangsa Indonesia yang berhasil membuktikan diri pada seluruh dunia.

Nama-nama tersebut hanyalah sebagian kecil orang Tionghoa yang berjasa untuk Indonesia. Kita perlu tahu bahwa seharusnya memang sudah tidak ada lagi alasan untuk mendiskreditkan jasa orang lain entah dari etnis apakah ia atau mendiskriminasi orang dari suku atau ras yang berbeda. Kita juga perlu mengingat bahwa Indonesia juga negara yang majemuk yang terdiri dari berbagai suku, bangsa, ras, budaya dan agama. Bersatu kita teguh bercerai kita runtuh!

0 comments:

Post a Comment